Kehabisan Kata

Ini hambatan ketiga dalam menulis: Kehabisan Kosa Kata

Hampir sama dengan masalah kehabisan ide, ada juga yang mengeluh ketika sedang asyik mengetik sebuah tulisan, tiba-tiba kehabisan kosa kata. Pikiran seolah-olah kosong dari satu katapun yang harus ditulis. Ingin menulis sebuah kejadian yang dialaminya, tetapi bingung menyimpulkannya dalam satu kosa kata.

Suatu ketika aku ingin menulis tentang perasaanku yang terkejut karena suatu yang saya sayangkan dan tidak saya duga, terjadi menimpa saya. Itu saya alami ketika kucing kesayangan saya telah terbujur kaku di depan rumah. Saya seperti kehilangan kata untuk mengungkapkan suasana hati saat itu. Tetapi tiba-tiba saya teringat novel Harry Potter yang pernah saya baca. Penerjemah bahasa Indonesia pernah mengungkapkan suasana yang saya alami dengan kata “mencelos”. Ya, akhirnya saya tulis “mencelos hatiku ketika tiba-tiba si hitam terbujur kaku di depan rumahku, di pagi hari itu”.

Nah, bisa kita simpulkan bahwa membaca adalah amunisi menulis. Orang yang banyak membaca, akan mudah teringat ketika ia tak mendapatkan kata-kata yang tepat saat ingin mengurai perasaannya dalam sebentuk kata.

Bagaimana mungkin kita bisa memperkaya kosa kata tanpa mau membaca karya tulis orang lain. Semakin banyak membaca beragam buku, maka kosa kata yang kita miliki akan semakin banyak. Pikiran kita bisa berfungsi seperti perpustakaan. Ribuan atau mungkin trilyunan kata tersimpan pada memori kita, yang bisa kita pakai kapan saja kita butuh. Karena itu, saya ulangi untuk yang kesekian kalinya, banyaklah membaca agar tetap bergairah menulis.